Rabu, 03 November 2010

Salah Satu Tradisi di Desa Colo

Parade Sewu Kupat Kanjeng Sunan Muria
KEGIGIHAN dan kreativitas masyarakat Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, mulai membuahkan hasil. Bagaimana tidak, Parade Sewu Kupat Kanjeng Sunan Muria setelah tiga tahun digelar, baru mendapat apresiasi nyata dari Pemkab pada pergelaran kali ini. Seperti apa bentuk kreativitasnya? Berikut laporan yang ditulis dalam dua seri.   TETABUHAN rebana dan sholawat berhenti. Para santri menyambut kedatangan masyarakat yang berbaris rapi di depan tangga masuk Masjid dan Makam Sunan Muria, Jumat (17/9) pagi. Warga yang membawa belasan tandu berisi gunungan ketupat, lepet, dan hasil bumi, lantas masuk ke masjid. Doa-doa dipanjatkan dan kain mori khaul Sunan Muria dibebatkan di gunungan-gunungan itu. Kepala desa selaku pemimpin rombongan menerima sebuah Pataka dari pihak Masjid dan Makam Sunan Muria. Pataka itu berisi sebuah tembang sinom dan kinanti, yang konon diciptakan oleh Sunan Muria.
Ratusan orang lantas bergegas meninggalkan masjid, tetabuhan rebana dan sholawat kembali berkumandang. Mereka berjalan kaki membentuk arak-arakan sembari menandu gunungan dan membawa pataka menuju Taman Ria, yang jaraknya sekitar 800 meter dari masjid.
Setiba di sana, tembang kinanti itu lantas didedahkan oleh salah seorang tokoh masyarakat dengan diiringi karawitan. Liriknya bertutur tentang ajakan untuk tidak bermalasan-malasan, dinyanyikan di depan ratusan orang.
Sebuah tembang lain ciptaan Sunan Muria, sinom, lantas dibacakan melanjutkan kinanti.
Setelah kedua tembang didedahkan, ratusan warga langsung berebut gunungan-gunungan berisi kupat, lepet, dan hasil bumi yang telah disediakan.
Sebuah kain mori khaul Sunan Muria yang dibebatkan di gunungan diyakini kalau gunungan itu penuh limpahan berkah. Keriuhan itu adalah bagian dari prosesi merayakan tradisi syawalan di Desa Colo, yang diberi nama ‘’Parade Sewu Kupat Kangjeng Sunan Muria.’’
Sebelumnya, sekitar pukul 06.00, masyarakat telah melakukan ritual Barik’an atau doa bersama di jalan raya di desa yang mempunyai ketinggian 900 dpl itu. Mereka juga menggelar bancakan di sepanjang jalan tersebut.
Proses Akulturasi
Penganan kupat dan juga lepet konon awalnya adalah simbol sesaji. Namun, karena proses akulturasi yang dilakukan oleh Walisanga termasuk salah satunya Sunan Muria Raden Umar Said, kupat dan lepet akhirnya menjadi sebuah pertanda Lebaran Idul Fitri telah berlangsung.
Kupat dan lepet menjadi ungkapan rasa syukur masyarakat yang telah menjalani puasa Ramadan selama sebulan. Sikap kegembiraan tersebut dimaknai sebagai Badha Kupat atau Kupatan, yang di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, juga telah berlangsung dari tahun ke tahun. Di desa yang berada tepat di bawah salah satu puncak Pegunungan Muria dan merupakan lokasi makam Sunan Muria itu, Badha Kupat terwujud dalam acara selamatan dan doa yang dinamakan Barikan.
Berawal dari Barikan yang dilangsungkan di jalanan desa secara turun-temurun itulah, acara pesta kupat atau kupatan ala warga gunung tersebut, kini bisa disaksikan, Dengan sentuhan kreasi, Kupatan di Gunung Muria menjadi semakin kaya akan makna dari sisi budaya, prosesi ritual, serta menjadi lebih bisa dinikmati sebagai sebuah tontonan/pertunjukan masyarakat secara luas. Kupatan yang diadakan warga desa itu menemukan bentuknya.
Hajatan budaya yang dilangsungkan sepekan setelah Idul Fitri atau hari ke-8 Lebaran ini dinamai Parade Sewu Kupat Kangjeng Sunan Muria. Peristiwa tersebut terlahir pada Lebaran tahun 2007, berkat kerja sama warga Desa Colo, stakeholder, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar).
Kearifan Masyarakat
Kearifan masyarakat atau kearifan lokal di Kudus yang dikemas dan menelurkan peristiwa budaya, ternyata tak hanya Parade Sewu Kupat, ada beberapa peristiwa atau keramaian warga serupa di beberapa desa yang sebelumnya hanya dilangsungkan begitu-begitu saja.
Beberapa peristiwa budaya tersebut, yakni Festival Budaya Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, yang dilangsungkan tiap bulan Juli. Ada ritual resik-resik Sendang Dewot dan Sendang Gading yang airnya hingga kini masih terus menghidupi warga, pentas wayang klithik yang telah masuk benda cagar budaya, dan kirab budaya.
Kemudian pada bulan Maulid diadakan Festival Ampyang Maulid di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati dan Gebyar Maulidan Jawwiyan di Desa Padurenan, Kecamatan Gebog, Hajatan budaya di dua desa tersebut tidak terlepas dari sepak terjang dan latar belakang ulama melakukan syiar di situ.
Lalu, pada bulan Syafar yakni pada Rabu terakhir, di Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, digelar Prosesi Ritual Air Salamun. Juga di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, dengan Festival Patiayam. Sisa event tersebut akan dilanjutkan dengan kirab budaya, sarasehan budaya, dan pentas kesenian tradisional pada bulan Oktober.
Festival Patiayam yang diadakan untuk mendorong pengelolaan Situs Purba Patiayam yang belum jadi menjadi tempat tujuan wisata, sebagaimana event serupa di Colo, Wonosoco, Jepang, Loram Wetan, dan Padurenan. Tidak mudah memang menumbuhkan daya tarik wisata bagi daerah yang miskin objek wisata.

Moesium Kretek Kudus

6.Musium Kretek

Lokasi
Obyek Wisata Museum Kretek terletak sekitar 3 Km ke arah selatan dari pusat kota Kudus, tepatnya di Desa Getas Pejaten Kecamatan Jati Kudus.
Ciri khas
Museum Kretek dibangun sebagai simbol kota Kudus sebagai Kota Kretek, berdasarkan gagasan dari Gubernur Jawa Tengah pada saat itu, H. Soepardjo Roestam dan diresmikan pembukaan pada tanggal 3 Oktober 1986 oleh Menteri dalam Negeri RI, H. Soepardjo Roestam. Tujuan pembangunan Museum Kretek adalah untuk menyajikan benda-benda koleksi yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan rokok kretek sebagai upaya meningkatkan nilai-nilai kewiraswastaan masa lalu dan masa kini untuk diteruskan dan ditingkatkan pada masa mendatang. Dengan demikian generasi muda pada saat ini dan mendatang diharapkan memiliki jiwa kewiraswastaan yang tangguh.

Museum Kretek merupakan tempat untuk merekonstruksi sejarah Rokok Kretek Kudus dari era kejayaan Raja Rokok Kretek Kudus, Niti Semito, sampai dengan perkembangan industri rokok Kudus era modern sekarang ini. Jadi Museum Kretek memiliki fungsi sebagai sarana pendidikan, penelitian, dan rekreasi.

Museum Kretek menyimpan berbagai peralatan dan mesin-mesin tradisional pembuatan rokok kretek dan rokok klobot serta sarana promosi rokok pada masa itu. Selain itu, pengunjung juga dapat mengamati foto-foto dokumentasi lintasan sejarah rokok kretek Kudus dan juga dapat mengamati “diorama” yang menggambarkan : proses produksi tradisional dengan tangan (tanpa alat bantu) dan produksi rokok giling tangan, yang menghasilkan rokok kretek dan rokok klobot; dan proses produksi rokok filter dengan mesin modern. Di samping itu ada Diorama yang menggambarkan proses penanaman dan pengolahan bahan baku rokok kretek (tembakau, cengkeh, dan klobot jagung).

Fasilitas
Di kawasan Museum Kretek, tersedia lahan parkir, warung makan, taman peristirahatan, warung telekomunikasi (wartel), dan MCK/toilet.

Rumah Adat Kudus

6. Rumah Adat Kudus

Ciri khas
Rumah Adat Kudus, yang menurut kajian historis-arkeologis, telah ditemukan pada tahun 1500 – an M, dibangun dengan bahan baku 95 % berupa kayu jati (Tectona grandis) berkualitas tinggi dengan teknologi pemasangan sistem “knoc-down” (bongkar pasang tanpa paku). Rumah Adat Kudus merupakan salah satu rumah tradisional yang terjadi akibat endapan suatu evolusi kebudayaan manusia, dan terbentuk karena perkembangan daya cipta masyarakat pendukungnya. Proses akulturasi arsitektur tradisional asli Kudus memakan waktu yang cukup panjang, mengingat banyaknya kebudayaan asing (Hindu, Cina, Eropa, dan Persia / Islam) yang masuk ke kawasan Kudus dengan waktu yang cukup panjang.

Upaya pelestarian Rumah Adat Kudus sebagai warisan budaya bangsa dan peninggalan sejarah telah dilakukan masyarakat Kudus dengan merelokasi Rumah Adat Kudus yang dibuat pada tahun 1828 M di kompleks Museum Kretek Kudus.

Rumah Adat Kudus, dengan atapnya yang berbentuk “Joglo Pencu”, memiliki kekhasan (keunikan) dibandingkan rumah-rumah adat yang lain di Indonesia. Seni ukir Rumah Adat Kudus merupakan seni ukir 4 (empat) dimensi dengan bentuk ukiran dan motif ragam hiasnya merupakan gaya perpaduan seni ukir Hindu, Persia (Islam), Cina, dan Eropa, dengan tetap ada nuansa ragam hias asli Indonesia. Keunikan Rumah Adat Kudus yang juga cukup menarik untuk dicermati adalah kandungan nilai-nilai filosofis yang direfleksikan rumah adat ini, misalnya :

* Bentuk ukiran dan motif ragam hias ukiran, misalnya : pola kala dan gajah penunggu, rangkaian bunga melati (sekar rinonce), motif ular naga, buah nanas (sarang lebah), motif burung phoenix, dan lain-lain.
* Tata letak rumah adat, misalnya arah hadap rumah harus ke selatan, dengan maksud agar pemilik rumah tidak memangku G. Muria (yang terletak di sebelah utara) sehingga tidak memperberat kehidupan sehari-hari.
* Tata ruang rumah adat, misalnya :
* jogo satru / ruang tamu
dengan soko geder-nya / tiang tunggal sebagai simbol bahwa Allah SWT itu Tunggal/Esa dan penghuni rumah harus senantiasa beriman dan bertakwa kepada-Nya;
* gedhongan dan senthong / ruang keluarga
dengan 4 buah soko guru-nya. Tiang berjumlah 4 sebagai penyangga utama bangunan rumah melambangkan agar penghuni rumah menyangga kehidupannya sehari-hari dengan mengendalikan 4 sifat manusia : amarah, lawamah, shofiyah, dan mutmainnah;
* pawon / dapur;
* pakiwan (kamar mandi)
sebagai simbol agar manusia membersihkan diri baik fisik maupun ruhani.
* Tanaman di sekeliling pakiwan, misalnya :

o pohon belimbing, yang melambangkan 5 rukun Islam.
o pandan wangi, sebagai simbol rejeki yang harum / halal dan baik.
o bunga melati, yang melambangkan keharuman, perilaku baik dan berbudi luhur, serta kesucian abadi.

Kekhasan (keunikan) Rumah Adat Kudus yang juga cukup menarik adalah tatacara perawatan rumah adat yang dilakukan oleh masyarakat pemiliknya sendiri dengan cara tradisional dan turun-temurun dari generasi ke generasi. Jenis bahan dasar yang digunakan untuk perawatan Rumah Adat Kudus merupakan ramuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman empiris pemiliknya, yaitu ramuan APT (Air pelepah pohon Pisang dan Tembakau) dan ARC (Air Rendaman Cengkeh). Ramuan ini terbukti efisien dan efektif mampu mengawetkan kayu jati, bahan dasar Rumah Adat Kudus, dari serangan rayap (termite) dan sekaligus meningkatkan pamor dan permukaan kayu menjadi lebih bersih, karena ramuan APT dan ARC dioleskan berulang-ulang ke permukaan dan komponen-komponen bangunan kayu jati.

Lokasi
Rumah Adat Kudus terletak di kompleks Museum Kretek dan juga terdapat di sebelah selatan Menara Kudus serta di Puri Maerokoco Semarang

Obyek Wisata Muria

5. Obyek Wisata Muria

Lokasi

Obyek Wisata Colo Kudus terletak sekitar 18 Km ke arah utara dari pusat kota Kudus, tepatnya di kawasan Pegunungan Muria, Desa Colo Kecamatan Dawe Kudus.

Ciri khas
Pegunungan Muria, dengan ketinggian ± 1.602 m dpl (di atas permukaan air laut), merupakan kawasan dataran tinggi yang terdiri dari beberapa perbukitan atau pegunungan, antara lain :

* Pegunungan Argo Jembangan
* Pegunungan Argo Piloso
* Pegunungan Rahtawu
* Perbukitan Pasar
* Perbukitan Ringgit

Di Obyek Wisata Colo, pengunjung/wisatawan dapat menikmati panorama alam pegunungan yang indah mempesona dengan udara yang bersih dan sejuk, sehingga selain sebagai lokasi rekreasi dan tempat tujuan berziarah ke Sunan Muria, Colo juga sering dimanfaatkan sebagai lokasi penyuluhan, pembinaan, konvensi, diklat (pendidikan dan pelatihan), rapat-rapat dll. Yang diadakan di Muria Graha Colo.
Di kawasan Obyek Wisata Colo terdapat beberapa tempat wisata yang menarik, yaitu :

* Air Terjun Monthel
Air terjun dengan ketinggian ± 25 meter ini, dari Pesanggrahan Colo atau dari Masjid dan Makam Sunan Muria, dapat dicapai dengan berjalan kaki selama ± 30 menit menyusuri jalan setapak di tengah-tengah kebun kopi sambil menikmati udara yang segar dan sejuk serta panorama alam pegunungan yang asri dan indah, juga sambil menikmati alunan irama musik alam dari bunyi gemericik air terjun yang jatuh di bebatuan yang diselingi bunyi-bunyian satwa liar khas pegunungan dan kicauan burung-burung. Di air terjun Monthel, pengunjung dapat mandi atau bermain-main air menikmati sejuk dan segarnya air G. Muria.
* Makam Sunan Muria
Makam Sunan Muria (Syeh R. Umar Sa’id, salah satu dari Wali Songo / Wali Sembilan) menyatu dengan Masjid Sunan Muria terletak di salah satu puncak G. Muria. Makam Sunan Muria dapat dicapai dengan berjalan kaki melewati ± 700 trap/tangga/undak-undakan dari pintu gerbang di dekat lokasi parkir mobil/bus; atau dapat juga dicapai dengan naik sepeda motor ojek.

*

Makam Sunan Muria menjadi salah satu tujuan Wisata Ziarah. Makam ini sangat ramai dikunjungi peziarah yang berasal dari berbagai daerah, terutama pada saat Upacara “Buka Luwur” yang diselenggarakan setiap tanggal 6 Muharrom/Syuro. Dalam Upacara Buka Luwur ini, para peziarah berusaha mendapatkan “Luwur” (bekas kain penutup makam) yang konon dipercaya dapat membawa keberuntungan.
* Wisata Alam “Rejenu”
Kawasan Wisata Alam / Eko Wisata (Ecotourism) “Rejenu”, dengan ketinggian ± 1.150 m dpl., terletak di Pegunungan Argo Jembangan G. Muria, berjarak ± 3 Km dari Pesanggrahan Colo. Di kawasan Eko Wisata “Rejenu”, pengunjung/wisatawan dapat menyaksikan dan mengamati keanekaragaman hayati yang tumbuh alami, yakni berbagai jenis tumbuhan pegunungan. Selain itu, dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak, pengunjung juga dapat menikmati panorama alam pegunungan yang menghijau segar karena dedaunan perkebunan kopi, lebatnya tanaman pakis Muria, dan palem pegunungan. Merdunya suara kicauan burung-burung dan bunyi-bunyian berbagai jenis satwa khas pegunungan akan menambah daya pikat bagi pengunjung.

Di samping menikmati panorama alam pegunungan, pengunjung di kawasan Eko Wisata “Rejenu” juga dapat berkunjung ke obyek wisata lain yang berada di kawasan ini, antara lain :
o Makam Syeh Sadzali
Menurut masyarakat setempat, Syeh Sadzali adalah murid / santri Sunan Muria yang sangat setia mendampingi dan membantu Sunan Muria dalam menyebarluaskan agama Islam. Oleh karena itu nama harum Syeh Syadzali senantiasa dihormati oleh masyarakat dan makamnya tidak pernah sepi dari para peziarah.
o Sumber Air Tiga Rasa
Di kawasan wisata “Rejenu” terdapat mata air / sumber air yang memiliki 3 rasa. Masyarakat setempat percaya bahwa ketiga jenis rasa air ini mempunyai khasiat yang berbeda jika diminum.
+ Sumber Air Pertama :
mempunyai rasa tawar-tawar masam (Jawa : anyep-anyep asem/kecut) yang bekhasiat dapat mengobati berbagai penyakit.
+ Sumber Air Kedua :
mempunyai rasa yang mirip dengan minuman ringan bersoda seperti “Sprite” yang bekhasiat dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup.
+ Sumber Air Ketiga :
mempunyai rasa mirip minuman keras “tuak / arak” yang bekhasiat dapat memperlancar rezeki jika bekerja keras untuk mendapatkannya.
Ketiga jenis air tersebut jika dicampur menjadi satu, rasanya menjadi air tawar.
o Air Terjun Gonggomino
Di kawasan wisata “Rejenu” terdapat Air Terjun “Gonggomino” yang merupakan air terjun kedua selain Air Terjun “Monthel”. Air Terjun Gonggomino dapat dicapai dengan menyusuri sebuah sungai yang terdapat di kawasan Rejenu.

* Bumi Perkemahan dan Wana Wisata “Kajar”
Obyek wisata ini terletak di kawasan hutan pinus, berjarak ± 3 Km ke arah selatan dari Obyek Wisata Colo, tepatnya di Desa Kajar Kecamatan Dawe Kudus. Dengan ketinggian ± 600 m dpl, kawasan Kajar merupakan lokasi yang tepat untuk kegiatan camping and hiking (perkemahan dan jelajah medan / lintas alam), baik bagi pelajar, pramuka, maupun remaja pada umumnya.
*

* Taqim Arts Studio
Studio, sanggar dan gallery seni milik seniman Mustaqim ini terletak ± 0,5 Km di sebelah utara dari Bumi Perkemahan dan Wana Wisata Kajar. Dalam jangka panjang,Taqim Arts Studio berupaya melibatkan masyarakat Desa Kajar untuk bersama-sama menjadikan Desa Kajar sebagai “Desa Seni”.
Fasilitas
Di kawasan wisata Colo tersedia berbagai fasilitas, yaitu : Graha Muria Milik Pemerintah Kabupaten Kudus sebagai tempat peristirahatan, penginapan, dan ruang pertemuan / convention hall), lahan parkir mobil dan bus, musholla, warung makan, kios cindera mata dan makanan khas Colo.



Di kawasan wisata Colo, para pengunjung dapat menikmati makanan khas Colo, yaitu Nasi Pecel Pakis – Ayam Bakar dan buah Parijoto. Sedangkan cinderamata khas Colo adalah Tongkat Colo dan Kayu pengusir tikus.

Rahtawu

4. Rahtawu


Lokasi
Obyek Wisata Alam / Eko Wisata “Rahtawu” terletak di sebelah Barat Pegunungan Muria ± 20 Km ke arah Barat Laut dari pusat kota Kudus (Alon-alon / Simpang Tujuh), tepatnya di Desa Rahtawu Kecamatan Gebog Kudus.

Ciri khas
Di kawasan Wisata Alam “Rahtawu”, dengan ketinggian ± 1.627 m dpl. Pengunjung dapat menikmati panorama alam pegunungan yang asri dan indah mempesona dengan udara yang bersih, segar dan sejuk. Di Rahtawu terdapat banyak petilasan tokoh-tokoh dunia pewayangan, misalnya petilasan Begawan Sakri, Pandu Dewonoto, Dewi Kunti, Jonggring Saloko, Eyang Semar, Eyang Abiyoso, dll. Selain itu, para pelajar, remaja, dan pemuda-pemudi yang berhobi pecinta alam (penjelajahan alam, hiking, mendaki gunung, dll.) dapat menyusuri jalan setapak menjelajahi medan pegunungan Rahtawu untuk menaklukkan Puncak “Songo Likur”.

Taman Krida

3.  Taman Krida




Lokasi
Obyek Wisata Taman Krida Wisata atau Kindergarten, terletak di Kompleks Gedung Olah Raga (GOR) Wergu Wetan Kec. Kota Kudus, dengan jarak ± 1,5 Km ke arah Timur dari pusat kota Kudus, tepatnya di Kelurahan Wergu Wetan Kecamatan Kota Kudus.
Ciri khas
Taman Krida Wisata merupakan taman rekreasi keluarga dengan suasana yang asri, sejuk, dan teduh karena rimbun dan lebatnya dedaunan pepohonan di taman ini. Taman rekreasi ini dilengkapi dengan berbagai patung binatang yang menarik dan bersifat edukatif bagi anak-anak, antara lain patung Dinosaurus, Kuda Nil, Gajah, Jerapah, Singa, Harimau, dan Zebra. Selain itu, taman ini juga dilengkapi dengan Gedung Terbuka yang representatif untuk berbagai event/kegiatan, misalnya : seminar/sarasehan, pentas seni-budaya, lomba kreativitas remaja dan pelajar, resepsi pernikahan, perpisahan sekolah, dll. Taman ini juga sering dimanfaatkan sebagai lokasi Lomba Burung Berkicau. Pada bulan Juli 2003, taman rekreasi ini dilengkapi dengan koleksi satwa berupa 5 ( lima) ekor rusa yang berasal dari Istana Presiden RI di Kebun Raya Bogor.

Fasilitas
Taman Krida Wisata dilengkapi dengan berbagai fasilitas, yaitu : sarana permainan anak-anak, lahan parkir, musholla, warung makan dan minum, warung makanan khas Kudus
(Lenthog) , shelter, dan toilet/MCK.

Tugu Identitas

2. Tugu Identitas










Lokasi
Obyek Wisata Tugu Identitas Kudus terletak di Desa Getas Pejaten Kecamatan Jati Kudus, di sebelah kanan Jalan Raya Kudus – Semarang, sekitar 1 Km ke arah selatan dari Alon-alon / Simpang Tujuh (pusat kota Kudus).
o Lokasi tersebut mempunyai nilai historis karena lokasi Tugu Identitas merupakan salah satu tempat pertempuran para pejuang Kudus dalam merebut kemerdekaan.